Banda Aceh – Debat kandidat kedua yang digelar Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh diakhiri dengan closing statement para kandidat calon gubernur/wakil gubernur Aceh. Debat kandidat yang digelar di gedung Amel Convention, Rabu malam 11 Januari 2017, disiarkan langsung secara lokal oleh TVRI Aceh.
Foto-foto: Syahrial
Komentar penutup diawali oleh pasangan urut 1, Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali. “Mari bangun Aceh, dengan mengentaskan kemiskinan, gratis pendidikan, kesehatan,” katanya.
Rakyat Aceh dijamin sejahtera jika mereka terpilih, dengan membangkitkan petani. Ada formula khusus yang telah dirancang seperti mencetak sawah-sawah baru, serta memberikan pupuk gratis. “Lapangan kerja terbuka, dan lingkungan terjaga,” kata Tarmizi.
Pasangan urut dua, Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah mengatakan akan membangun Aceh dan segala upaya untuk bersatu. Dia mengajak semua untuk melihat diri sendiri sebelum melihat kesalahan orang lain. “Kita membangun Aceh jangan dendam, janga berkelahi,” kata Zakaria.
Dia mencontohkan parlemen di luar negeri berdebat di dalam ruangan, dan sampai di luar berjabat tangan. “Kalau di kita dendam sampai kiamat. Kalau saya menang, mari kita bersatu untuk membangun Aceh.”
Pasangan Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa menutup komentar di akhir debat dengan janji jika terpilih akan memperjuangkan syariat Islam secara kaffah. Ulama juga dilibatkan dalam politik dan sosial. “Pesantren dibangun, bukan hanya mendidik agama tetapi juga ketrampilan. Aceh akan dikenal kembali sebagai Serambi Mekkah.”
Uang banyak dikucurkan pusat, jika pemerintah membuat program yang mendukung kesejahteraan. “Saya harap masyarakat Aceh mau bersama saya,” kata Puteh.
Zaini Abdullah dan Nasaruddin mengatakan akan beristiqamah untuk menyukseskan Pilkada. Mereka berjanji siap menperjuangkan MoU Helsinki dan UUPA. “Ikhtiar bukan untuk meraih kekuasaan, ini (mencalonkan diri) jalan terbaik yg kami harus lakukan,” kata Nasaruddin
Mereka juga berjanji akan menjamin kesehahteraan masyarakat jika dipercaya ke depan melanjutkan kepemimpinan.
Sementara Muzakkir Manaf dan TA Khalid meminta maaf terlambat datang, karena harus menghadiri kampanye di Lhoksukon, Aceh Utara. Muzakir mengatakan banyak darah warga Aceh yang tumpah dulunya saat konflik dan belum tergantikan dengan MoU dan UUPA. “Tapi itu menjadi bukti kalau kita cinta damai.”
Menurutnya perjuangan belum selesai. “Kami akan terus berjuang agar UUPA sesuai MoU untuk kesejahteraan masyarakat Aceh,” kata Muzakir.
Terakhir, Irwandi dan Nova Iriansyah mengatakan Pilkada Aceh menjadi titik krusial karena ada momentum berakhirnya dan Otsus. “Kita akan pastikan langkah-langkah inovatif untuk membangun,” kata Nova.
Jika terpilih, mereka berjanji akan mengalirkan listrik ke gampong-gampong dan tidak ada lagi premanisme di tengah masyarakat. “Kami sampaikan bukti, bukan janji. Salam JKA (Jaminan Kesehatan Aceh),” katanya.
Debat kandidat berlangsung tertib di dalam dan di luar ruangan. Debat bertajuk mencari pemimpin visioner berakhir pukul 23.00 WIB. [AW | MC KIP Aceh]
Closing Debat, Ini Kata Kandidat
Banda Aceh – Debat kandidat kedua yang digelar Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh diakhiri dengan closing statement para kandidat calon gubernur/wakil gubernur Aceh. Debat kandidat yang digelar di gedung Amel Convention, Rabu malam 11 Januari 2017, disiarkan langsung secara lokal oleh TVRI Aceh.
Foto-foto: Syahrial
Komentar penutup diawali oleh pasangan urut 1, Tarmizi A. Karim dan Machsalmina Ali. “Mari bangun Aceh, dengan mengentaskan kemiskinan, gratis pendidikan, kesehatan,” katanya.
Rakyat Aceh dijamin sejahtera jika mereka terpilih, dengan membangkitkan petani. Ada formula khusus yang telah dirancang seperti mencetak sawah-sawah baru, serta memberikan pupuk gratis. “Lapangan kerja terbuka, dan lingkungan terjaga,” kata Tarmizi.
Pasangan urut dua, Zakaria Saman dan T. Alaidinsyah mengatakan akan membangun Aceh dan segala upaya untuk bersatu. Dia mengajak semua untuk melihat diri sendiri sebelum melihat kesalahan orang lain. “Kita membangun Aceh jangan dendam, janga berkelahi,” kata Zakaria.
Dia mencontohkan parlemen di luar negeri berdebat di dalam ruangan, dan sampai di luar berjabat tangan. “Kalau di kita dendam sampai kiamat. Kalau saya menang, mari kita bersatu untuk membangun Aceh.”
Pasangan Abdullah Puteh dan Sayed Mustafa menutup komentar di akhir debat dengan janji jika terpilih akan memperjuangkan syariat Islam secara kaffah. Ulama juga dilibatkan dalam politik dan sosial. “Pesantren dibangun, bukan hanya mendidik agama tetapi juga ketrampilan. Aceh akan dikenal kembali sebagai Serambi Mekkah.”
Uang banyak dikucurkan pusat, jika pemerintah membuat program yang mendukung kesejahteraan. “Saya harap masyarakat Aceh mau bersama saya,” kata Puteh.
Zaini Abdullah dan Nasaruddin mengatakan akan beristiqamah untuk menyukseskan Pilkada. Mereka berjanji siap menperjuangkan MoU Helsinki dan UUPA. “Ikhtiar bukan untuk meraih kekuasaan, ini (mencalonkan diri) jalan terbaik yg kami harus lakukan,” kata Nasaruddin
Mereka juga berjanji akan menjamin kesehahteraan masyarakat jika dipercaya ke depan melanjutkan kepemimpinan.
Sementara Muzakkir Manaf dan TA Khalid meminta maaf terlambat datang, karena harus menghadiri kampanye di Lhoksukon, Aceh Utara. Muzakir mengatakan banyak darah warga Aceh yang tumpah dulunya saat konflik dan belum tergantikan dengan MoU dan UUPA. “Tapi itu menjadi bukti kalau kita cinta damai.”
Menurutnya perjuangan belum selesai. “Kami akan terus berjuang agar UUPA sesuai MoU untuk kesejahteraan masyarakat Aceh,” kata Muzakir.
Terakhir, Irwandi dan Nova Iriansyah mengatakan Pilkada Aceh menjadi titik krusial karena ada momentum berakhirnya dan Otsus. “Kita akan pastikan langkah-langkah inovatif untuk membangun,” kata Nova.
Jika terpilih, mereka berjanji akan mengalirkan listrik ke gampong-gampong dan tidak ada lagi premanisme di tengah masyarakat. “Kami sampaikan bukti, bukan janji. Salam JKA (Jaminan Kesehatan Aceh),” katanya.
Debat kandidat berlangsung tertib di dalam dan di luar ruangan. Debat bertajuk mencari pemimpin visioner berakhir pukul 23.00 WIB. [AW | MC KIP Aceh]